Thursday, October 11, 2012

Merapat ke Hutan Rakyat...

Dipojokan ini, dua minggu sekali kami mengadakan obrolan. Title-nya sih "Kamisan", karena emang dilaksanakannya tiap hari Kamis. Intinya sih berbagi pengetahuan, tidak ada narasumber tunggal. Setiap orang menjadi narasumber bagi teman yang lain.

Obrolan ini sekarang sedang merapat ke Hutan Rakyat. Teman-teman tertarik berbagi pengetahuan seputar Hutan Rakyat atau small scale forestry. Kenapa ini menjadi topik yang menarik?

Ada teman yang bercerita, bahwa dibeberapa literatur seperti disini misalnya menyebutkan bahwa muncul tren pengelolaan hutan oleh masyarakat yang hasilnya - volume/potensi kayu dan penghasilan - ternyata lebih besar daripada hutan negara yang dikelola BUMN. Tren ini kemudian membawa kami kepada sebuah kesimpulan bahwa : seyogyanya masyarakat bisa - tanpa harus diatur dan diperintahkan - memenuhi kehidupan ekonominya sendiri.

Banyak cerita hasil jalan-jalan teman-teman di pojokan ini yang membuktikan simpulan tersebut. Seperti cerita yang di bawa dari Ciamis dan Tasikmalaya, 2010.. Ada loh gelar Haji Sengon karena bisa naik haji dari hasil menjual kayu sengon, ada yang bisa menyekolahkan anaknya sampai perguruan tinggi, ada yang punya kendaraan sampai untuk membiayai hajatan. 

Itu cerita indah-indahnya... dibalik itu, tetap saja banyak cerita-cerita yang tidak sukses melulu...Hmm, mungkin bukan tak sukses, tapi lebih ke, masyarakat atau petani tidak mendapatkan apa yang mereka harapkan... But, sebelum membahas yang tak sukses itu... teman-teman sedang membahas tentang modal sosial...

Modal sosial...
Apa sih modal sosial itu..?
Modal sosial adalah sesuatu yang secara genuine sudah melekat dalam satu kelompok masyarakat. Durkheim menyebut istilah “modal sosial” untuk menyatakan ikatan sosial antarmanusia di dalam sebuah masyarakat sangat penting untuk membentuk kohesivitas  sosial dalam mencapai tujuan bermasyarakat. Ia merupakan sebuah kekuatan untuk mencapai tujuan hidup bersama yang tidak mungkin dicapai secara personal (dikutip dari sini). Modal sosial menjadi sebuah trigger dalam sebuah masyarakat untuk mencapai tujuan bersama. Trust saya anggap sebagai sebuah kebutuhan laten untuk merekatkan modal sosial tersebut. 

Modal sosial dalam masyarakat dapat ditangkap dalam berbagai bentuk, misalnya saja kelompok tani hutan rakyat. Komunitas hutan rakyat yang secara bersama-sama memantapkan diri untuk membentuk kelompok unit manajemen kemudian mengikuti sertifikasi untuk memperoleh nilai tambah dari produksi hasil hutannya. Atau tidak perlu jauh-jauh, dalam keseharian masyarakat pedesaan misalnya masih banyak ditemukan budaya gotong royong, bersama-sama membersihkan kampung, saling membantu saat ada tetangga yang hajatan atau membersihkan makam sebelum lebaran dan lain-lain.

Kemassive-an modal sosial dalam masyarakat bukanlah hal yang tidak mungkin hilang, hasil obrolan hari ini, faktor kepentingan yang berbeda-beda bisa secara perlahan menggerus modal sosial masyarakat. atoo, efek globalisasi mungkin masuk juga kali yaa...Mengingat banyak sekali pengaruh teknologi yang semakin memperpendek jarak komunikasi/informasi tapi konon mendegradasi kualitasnya...

Nah, sudah dulu cerita tentang modal sosial...
Diskusi hutan rakyat masih akan berlanjut...












 

No comments:

Post a Comment