Weekend itu kalau lagi gak punya jadwal diapelin ato ngapelin orang emang paling enak hang out bersama teman-teman.
Weekend dua minggu yang lalu saya ber-hang-out bersama Mbak Wita dan Kak Baqi.
Sudah lama sebenarnya penasaran sama yang namanya "Pasar Senen". Tapi baru berkesempatan nge-bolang kesana waktu itu.
Dari cuap-cuapnya temen-temen, konon di sana banyak pakean lucu yang murah meriah.
Yaa, tanpa malu-malu saya ngaku... Gak bikin ngiler gimana kalo ada barang, lucuu, murah. Thats two words bisa mbikin mata mblotot. Apalagi ngeliat baju-bajunya si Fini yang out from Pasar Senen emang lucu-lucu. Gak perlu bermerek Zara, Guess dll for being nice look :)).
Naah, back to the topic then...
Kami melajulah ke Pasar Senen...
Berangkat dari markas (read: Dramaga) sekitar pukul 11.30 WIB. Menuju Laladon (via Kampus Dalam) kemudian Stasiun Bogor (via angkot 03; alternate-nya 02). Sesampai di Satsiun kami ke loket dan membeli tiket Commuter Line tujuan Jakarta Kota (harganya Rp. 9.000). Tadinya saat menunggu kereta, kami sempat berdiskusi dan memutuskan untuk naik kereta menuju Tanah Abang saja (gak perlu ganti karcis, kata abang2 sekuiriti boleh pake karcis yang ke Kota). Nah setelah naik ke kereta jurusan Tanah Abang, diskusi kembali berlanjut dan memutuskan untuk kembali naik ke kereta jurusan Jakarta Kota (hadeuuh, tante tante pada ababil.. Zzzzz!).
Entah kenapa hari itu kereta penuh dengan sadisnya. Kami berdesak-desakan di gerbong wanita. Ini layanan publik yang seharusnya dapat perhatian lebih. Udah naikin harga, kursinya gak cukup, ac-nya gak berasa, ini udah yang harganya Sembilan Ribu Rupiah loh yaa. Apa jadinya yang harganya Dua Ribu Lima Ratus Rupiah. Ok, back to the topic (again).
Kami memutuskan turun di Stasiun Cikini (sesuai pedoman petunjuk menuju Pasar Senen oleh si Fini), kemudian menuju pangkalan metro mini no. 17. Bus ini yang kemudian membawa kami melaju menuju Pasar Senen, dan mewanti-wanti abang keneknya supaya kami diturunkan di tempat yang tepat. Tak berapa lama kemudian, kami tiba di Stasiun Senen (tempat yang tepat untuk turun kata abang keneknya), menyebrang dan masuk ke Pasar Senen.
Sepanjang mata memandang....... hmm, kok cuma ada yang jualan sayuran yaaa....
Hipotesis kami, mungkin bagian stand bajunya ada di dalam. Kami buktikanlah hipotesis tersebut dengan berjalan ke dalam pasar.
Menengok kiri kanan, berjalan menyusuri lorong pasar yang remang-remang... NIHIL.
Tetep aja yang ketemu penjual cabe, pete dan jengkol. Zzzz!
Mbak Wita, sebagai orang yang berpengalaman pernah sekali ke Pasar Senen menggeret kami menuju ke lantai atas.. Sapa tau barang yang kami cari ternyata ada di sana...
Dan kemudian setelah tiba di atas.....
Belum juga kami temukan stand baju-baju lucu. Zzzzz! -_-
Berinisiatiflah kami menelpon Fini si penyusun pedoman petunjuk menuju Pasar Senen. Ternyata oh Ternyata, kami memang salah masuk pasar. Jadi untuk menuju ke tempat yang menjadi tujuan kami sebenarnya. Kami harus keluar pasar sayur menuju ke Bangunan sebelah Kanan yang kalo gak salah inget namanya Pusat Grosir Senen Jaya. Nah, ini tuh pusat grosir jam tangan. Segala mcam KW merek-merek jam tangan kayaknya ada deh di sini. Masuk ke gedung itu, teruuuus aja ampe keluar gedung lagi, menuju gedung ijo, buluk, kumuh yang ada di sebelah kiri bangunan.
Tedeeeng! Sampe deh di Pasar Senen yang dimaksud dan di tuju sedari tadi. Fiuhhh!
Dari depan, sudah banyak lapak-lapak yang jualan baju dan celana. Kami akhirnya memutuskan naik ke atas dan di sambut dengan teriakan : " YAK! MAREBU..MAREBU..MAREBU. YANG DI ATAS MEJA MAREBU SAJA! repeatly.
Akhirnya kami menuju ke tempat yang banyak peminatnya. Makin banyak orang, bisa berarti makin bagus barangnya, dan bisa membuat makin semangat membongkar-bongkarnya. Dengan mengamankan tas terlebih dahulu (tas ditaik ke depan badan) kami pun mulai beraksi. Ngubek san ngubek sini. Narik sana narik sini. Kesenengan nemu baju harga Rp. 5.000. Haahaa.
Dari tempat pertama saya berhasil menggondol 1 baju (masih punya label, lucu). Nah pindah ke tempat ke-2.. ke-3.. Intinya mah muter-muterin ngubek-ngubekin isi pasar sampai berpeluh berasa abis Kardio selama sejam. Fiuuhh!
Ehh..ehh.. tapi ada yang lucu lohh. Ntah itu lapak ke berapa yang kami datangi. Isi lapaknya jaket dan sweater gitu. Didepannya ada lapak yang ngejual dress dengan abang-abang yang sangat amrazing -__-.
jadi abangnya ini di setiap kalimat-kalimat provokatifnya untuk mengajak orang-orang mampir melihat barangnya hmm.... maksudnya barang dagangannya, pasti diakhiri dengan kata CIYUSSS?! MIAPAAAH?!. Ahhh abang ini ciyus banget sepertinya mengikuti perkembangan bahasa gehoull. Karena dia berisik pake bangeeet! kayaknya ada yang negur, dan kemudian dia ngomel sendiri sambil tetap dengan menggunakan suara lantangnya dia : IHH MBAK! INI KAN PASAR.. WAJAR DONG KALO BERISIK. KALO MAU SEPI KE SANA AJA, KE NERAKA. dan teteup diakhiri dengan CIYUS?!! MIAPAH!! (Zzzzz! this Ciyus Miapah thing sometimes will make your killing instinct reveal). Hahaa.
Setelah mengelilingi pasar dengan waktu kurang lebih 3 jam yang sangat tidak berasa. Kami kembali ke lapak no.1. Ternyata pakean-pakean yang di gantung itu lucu-lucu juga lohh. Sepertinya ini yang gradenya bagus. Akhirnya kami memilih beberapa (hmm, yaa 11 potonglah) dari pakean yang di gantung-gantung itu. Penawaran sengit terjadi antara kami dan abang-abangnya. Dan akhirnya abangnya menyerah pada angka Rp. 210.000 untuk 11 potong pakean (Muraaaah kaan! Kalo beli pakean di butik-butik Boqer, itu baru bisa dapet 1 baju T.T *air mata terharu bahagia*). Oia, dan di akhir si abangnya minta bonus nomer PIN Blackberry Kak Baqi (Haha, ternyata setelah mentraktir kita air mineral botol dingin, which is sangat diimpikan di moment itu, dia minta balas jasa -___-). Dan dengan isengnya, kak Baqi ngasi nomer PIN si abang Naichiih. Mwahahahah!. Karena takut ketahuan akhirnya kami segera mengambil langkah serebuuu. Si abangnya sempet nanya : Mbak kok belum di approve sih? dan kak Baqi dengan kalemnya menjawab : Iya, ntar deh di approve BB-nya lagi lowbat. Mwhahahah!
Sesampai du luar, barulah kami ngakak dengan puasnya.
Well, karena lupa makan siang. Ntah kenapa setelah keluar pasar, lapernya sangat sangat kerasa. Akhirnya kami memutuskan mencari makan dulu sebelum pulang. Tadinya saya mengusulkan makan nasi Kapau yang banyak mengemper di daerah Kramat Jati. Akan tetapi jalan ke sananya jauuh skali. Jadi kami makan nasi kapau yang ada di pelataran Pasar Senen saja. Setelah makan, kami kembali mengambil jalur sesuai awal kedatangan. Menuju gedung sebelah, keluar dari gedung, kemudian menyebrang menuju Stasiun Senen dan duduk manis di Metro Mini 17 yang akan membawa kami kembali ke Stasiun Cikini. Ternyata, malam di Jakarta itu asik juga. Banyak lampu-lampu jalanan kerlap kerlip. *_*
Dari Staisun Cikini, kami kembali naik Comuter Line tujuan Bogor, cuma menunggu beberapa saat dan keretanya pun datang. Harapan tadi bisa tidur nyenyak di kereta tidak kesampean, karena ternyata keretanya teteup aja penuh. Hwaaa! T.T
Yang agak mengesalkan di kereta itu blakangan ini adalah melihat orang yang dengan teganya membiarkan nenek-nenek atau ibu hamil berdiri sepanjang perjalanan sementara dia (anak muda, looks strong and healthy, i underline laki-laki) bisa chit chat senang dengan pasangan atau molor dengan nikmatnya. Haissh! makin gak ada empati aja manusia belakangan ini yaah.
Sesampai di Stasiun Bogor, kami kembali ke markas dengan riang gembira (read : lemes, capek, ngantuk). Sampai di kamar langsung membongkar belanjaan dan fitting hasil huntingan tadi. Setelah diitung-itung, saya dapat 6 lembar baju dengan menghabiskan Rp. 80.000. :)))
Saya rasa, Pasar Senen itu icon yang mesti di pertahankan keberadaannya. Di mana lagi bisa dapat baju murah meriah seperti itu. Yaa walaupun untuk mendapatkan barang yang bagus mesti rela berpeluh-peluh, tarik-tarikan ama orang, dan ngubek-ngubek baju segunung.
Ehh di tempat asal saya juga da sih yang mirip-mirip Pasar Senen. Adanya tiap malam minggu, semacam pasar malam. Barang dagangannya hampir sama seperti yang di Pasar Senen. Adanya di daerah Padduppa. Lokasinya di pinggir Sungai Padduppa, tapi entah kenapa dan sejak kapan, penduduk sana menyebutnya Pinggir Pantai. (padahal itu jelas-jelas sungai -__-).
Hmmm, dan karena ulah kaka Baqi perihal ngasi nomer PIN itu, sepertinya kami tidak akan menginjakkan kaki di Pasar Senen untuk beberapa saat ke depan. Takut abang-abangnya maish ngenalin muka kami bertiga.
Yang belom mencoba. Silahkan mencobaaa..!
Yeeeay! Hidup barang murah dan lucu..!!
jalan-jalan pagi ke pengunjung blog, selidik punya selidik ternyata saya keanlji ini miminnya blog. :D. hai kak cika...
ReplyDeleteDsana ada baju rajut2 gt ga? Kaya blazer, baju2 dr wol info2 dong soalnya urgent tq ya
ReplyDeletebanyak say
DeleteBanyak kok mbak.. Bisa coba nyari di lantai dua-nya..
ReplyDeleteGood luck ^^
Kalo turun di stasiun senen jauh ga ya mbak? trims :)
ReplyDeleteKalo dari stasiun senen deket kok...
DeleteDari stasiun senen tinggal nyebrang, trus masuk ke ruko senen jaya (didalamnya banyak yg jualan jam tangan dkk), nah terus aja sampai mentok keluar ke pintu belakangnya, di sebelah kiri bangunan itu pasar senen yang jualan baju-baju ini.
^^
sangat menarik ceritanya, kalo butuh jam tangan wanita murah gak perlu jauh2 ke senen sist,, disini juga murah2 qo..
ReplyDeletewww.jamtanganwanitamurah.net